Nama : Firdha
Aulia
NIM : 11140161000010
Pendidikan Biologi 5 A
Meningkatkan
Kesadaran akan Pentingnya Literasi Sains bagi Siswa sebagai Generasi Penerus
Bangsa
Pentingnya literasi sains nampaknya sudah dianggap serius oleh negara tetangga Indonesia, yaitu Singapura. Singapura berhasil menempati peringkat teratas dalam survei pendidikan di 72 negara pada tahun 2015 lalu dengan skor 556. Secara rata-rata, satu dari empat siswa di Singapura mencatat skor tertinggi di bidang sains. Survei itu digelar oleh Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) yang hasilnya diumumkan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). PISA itu sendiri merupakan studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala kemampuan peserta didik yang berusia 15 tahun dalam bidang membaca, matematika, dan sains.
Bagaimana tentang skor PISA Indonesia ?
Dalam
keikutsertaannya, nilai literasi sains siswa Indonesia mengalami peningkatan.
Berdasarkan analisis hasil PISA, peringkat dan capaian nilai PISA Indonesia
meningkat enam peringkat dari peringkat 71 pada tahun 2012 menjadi 64 pada
tahun 2015. Peningkatan capaian Indonesia tahun
2015 ini cukup memberikan optimisme bagi para praktisi pendidikan, meskipun
masih terbilang rendah dibanding rerata OECD. Rata-rata skor literasi sains
siswa Indonesia dari 382 poin pada tahun 2012
menjadi 403 poin di tahun 2015, padahal rata-rata skor OECD untuk literasi
sains adalah 493 poin di tahun 2015 (OECD,2016). Hasil survei ini membuktikan
bahwa tingkat literasi sains siswa Indonesia masih belum memuaskan.
Upaya mengembangkan literasi sains siswa
Indonesia
Secara
harfiah, literasi berarti “melek”, sedangkan sains berarti pengetahuan alam.
PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan mengambil kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan
dengan alam dan perubahannya akibat aktivitas manusia (OECD, 1999). Penekanan
literasi sains bukan hanya pengetahuan dan pemahaman terhadap konsep dan proses
sains, tetapi juga dilihat dari bagaimana seseorang dapat membuat keputusan
dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial, budaya, dan pertumbuhan ekonomi.
Pemaparan
tentang literasi sains ini menunjukkan bahwa literasi sains diperlukan sebagai
penopang keberlangsungan hidup manusia. Sehingga sudah selayaknya kita sebagai
salah satu praktisi pendidikan yaitu guru, mewujudkan literasi sains menjadi
tujuan utama pendidikan sains di Indonesia saat ini. Awal mula perkembangan
literasi sains di Indonesia baru dimulai pada tahun 1993. Pada saat terwujudnya
kurikulum 1994, kurikulum tersebut belum berorientasi untuk pengembangan
literasi sains dan hanya menekankan pada penguasaan materi. Pengembangan literasi
sains mulai di aplikasikan pada kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan lebih terlihat jelas pada kurikulum 2013.
Secara
konseptual, kurikulum 2013 tidak berbeda dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, yaitu berbasis kompetensi. Dalam standar kompetensi lulusan
kelompok mata pelajaran IPA pada kurikulum 2006 dinyatakan bahwa sains atau IPA
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan.
Kurikulum
merupakan dokumen rencana pembelajaran dan memberikan acuan apa yang akan
diajarkan kepada siswa. Kurikulum tanpa adanya pembelajaran hanyalah sebuah
rencana. Oleh sebab itu, apapun rencana dan tujuan yang ada dalam kurikulum
harus diimplementasikan dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan hal penting
dalam meningkatkan literasi sains siswa. Melalui pembelajaran yang berorientasi
dalam mengembangkan literasi sains, kita sebagai pendidik dapat membekali siswa
dengan apa yang diperlukan siswa untuk keberlangsungan hidupnya.
Salah
satu faktor penyebab rendahnya literasi sains siswa adalah proses pembelajaran
yang belum memfasilitasi literasi sains siswa. Solusi yang dipandang mampu
mengatasi permasalahan tersebut dan dipandang mampu meningkatkan kemampuan
literasi sains siswa adalah dengan diterapkannya pembelajaran berbasis inkuiri
(penemuan) dalam proses pembelajaran. Berarti, kita sebagai pendidik memiliki
peranan yang sangat penting dalam hal ini.
Kegiatan
inkuiri dimulai dengan kegiatan bertanya terkait permasalahan yang diajukan,
menyusun hipotesis, melakukan pengumpulan data, pengolahan, mengambil
kesimpulan serta mengkomunikasikannya. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan
mampu mengidentifikasi masalah, mengambil kesimpulan berdasarkan hasil
pengumpulan dan analisis data, serta mampu membuat keputusan berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya. Hal tersebut sejalan dengan tujuan literasi sains,
yaitu mampu menggunakan pengetahuan, mengidentifikasi pertanyaan, membuat
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dan mengambil keputusan berkenaan dengan
alam dan perubahannya.
Adanya
peningkatan literasi sains siswa melalui pembelajaran berbasis inkuiri pada
pembelajaran IPA dikarenakan siswa dilatih sesuai dengan tuntutan yang ada
dalam literasi sains untuk merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menarik kesimpulan, serta mengaplikasikan kesimpulan baru
terhadap situasi baru. Sehingga pembelajaran berbasis inkuiri yang dilakukan
dapat memfasilitasi siswa untuk melatihkan dan meningkatkan literasi sains
siswa.
Pentingnya literasi sains bagi siswa
Pada
abad 21 ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memberikan
perubahan signifikan salah satunya bagi kita, para praktisi pendidikan. Guru, bukan lagi menjadi satu-satunya sumber
ilmu pengetahuan yang dapat diakses oleh siswa. Munculnya media lain sebagai
sumber ilmu pengetahuan dan pusat pendidikan merupakan dampak positif dari perkembangan
IPTEK. Perkembangan IPTEK di lingkungan kita ini juga menimbulkan dampak
negatif selain dampak positif, seperti permasalahan etika, moral, dan isu-isu global.
Beberapa contoh nyata dampak negatif tersebut adalah krisis energi, pencemaran,
perang saudara maupun kerusakan lingkungan hidup.
Siswa sebagai generasi penerus bangsa
perlu dilibatkan untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. Oleh karena
itu, siswa perlu dibekali kemampuan untuk peduli dan tanggap terhadap isu-isu
yang berkembang dalam masyarakat, berpikir kritis dan kreatif untuk
merencanakan pemecahan masalah, dan memungkinkan nya membuat suatu keputusan berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya dan mengaplikasikan nya bagi kebutuhan masyarakat
luas. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila siswa memiliki literasi sains. Dengan
demikian, peningkatan literasi sains siswa Indonesia ini menjadi sangat
penting, sebagai upaya dalam membantu siswa untuk menghadapi tantangan atau
permasalahan pada masa yang akan datang sebagai generasi penerus bangsa. Kesadaran
akan pentingnya literasi sains siswa ini dapat diwujudkan dari literasi sains
menjadi tujuan utama pendidikan di Indonesia.